Sabtu, 26 Oktober 2013

KEBERSAMAAN MILIK KITA (MT Papandayan 2665 Mdpl)



Berjalan, bercerita, berbagi pengalaman, makan bersama di alas plastik hitam panjang semakin menjalin tali persaudaraan. Duduk bersila mengelilingi api unggun, bercerita sambil berguarau senda membuat suasana hangat di tengah dingin nya  alam gunung papandayan. Di iringi hangat nya kopi hitam yang sesaat menjadi sejuk di timpa embun yang menyelimuti malam itu. Perjalanan berkasan untuk saya pribadi bersama delapan teman  saat mendaki gunung papandayan yang terletak di kabupaten garut kecamatan cisurupan. Gunung dengan ketinggian 2665 meter dari permukaan laut ini memberi pelajaran berharga untuk saya apa itu arti kebersamaan.
Sekitar pukul 14.00. saya dan teman-teman sudah berkumpul di masjid agung cisurupan, kabupaten garut. Setelah sholat dan istirahat sejenak, kami memulai perjalanan menuju puncak gunung papandayan. Dari masjid agung cisurupan kami menaiki kendaraan kol buntung untuk mengantar kami ke pos pendakian gunung papandayan, dengan biaya 20 ribu per orang. Kondisi jalan yang berliku dan berlubang semakin membuat suasana perjalanan menuju pos pendakian semakin seru, ditambah elok nya pemandangan hutan bekas terbakar  di sisi kanan jalan. Kurang lebih setengah jam perjalanan, kami tiba di parkiran pos pendakian di sambut udara yang dingin dan bau berelang yang sangat menyengat.

Setelah sampai dan menurunkan semua barang bawaan, salah seorang teman saya menuju ke pos pendakian untuk mengurus perizinan mendaki. Biaya tiket masuk untuk mendaki gunung papandayan Rp 2000/ orang. Untuk para pendaki atau pun wisatawan yang ingin menikmati alam gunung papandayan bisa membawa kendaraan pribadi dan dititipkan di parkiran pos pendakian. setelah urusan perizinan selesai, kami berkumpul terlebih dahulu untuk berdoa sebelum melangkahkan kaki menuju puncak gunung papandayan.

Track menuju puncak gunung papandayan boleh di katakan landai, tetapi harus extra hati-hati juga, karna sepanjang jalur track nya berbatu membuat track nya licin. Selain itu banyak juga bonus mendaki nya dan lumayan membuat kaki pegel dan napas ngos-ngosan. tapi, semua itu tak akan tersa karena sepanjang jalur track pendakian kita di suguhin pemandangan yang sangat indah. Mulai dari bukit2 berbatu, asap kawah yg keluar dari dalam tanah, jalan setapak yang di sebelah
nya tebing, serta pohon yang tumbuh di kiri kanan jalan tertata rapi di sepanjang jalur perjalanan yang membuat udara perjalanan adem. Di sarankan juga menggunakan masker saat kita melakukan tracking ke gunung papandayan, karna bau berelang nya sangat menyengat dan sangat terasa asam di mulut.




sangking menikmati perjalanan dengan pemandangan yang memanjakan mata, sekitar pukul  17.25 saya dan temen-temen sampai di pondok selada. Pondok selada merupakan tempat para pendaki  mendirikan tenda. Lokasi pondok selada sangat luas dengan pemandangan hijau yang sangat indah. Ketika kami sampai, sudah banyak pendaki yang mendirikan tenda di situ. kami pun mendirikan tenda di antara tenda para pendaki lain. Karna laki-laki di group saya hanya tiga orang. Maka kami bagi tugas. Dua teman saya bertugas mendirikan tenda, dan saya mencari kayu api untuk membuat api unggun.  Saya dan beberapa teman perempuan menuju hutan mati untuk mencari kayu api. Saat perjalanan menuju hutan mati, saya dan temen saya menegur pendaki asal jakarta yang kelakuan nya kurang menghargai alam. mereka memotong pohon kayu yang masih tumbuh untuk di jadikan kayu api. Saya menegur mereka dan mengajak mereka ke hutan mati sama-sama kalau ingin mencari kayu bakar. Jangan merusak yang masih hidup.

Tenda sudah berdiri, api unggun sudah menyala, prasmanan di gunung pun sudah siap untuk di santap. Dengan menu utama rendang tempe di padu sayur tahu bejek ala kang tom + sambel ulekan yang pedas nya mantap membuat selera makan semakin bertambah. Saya dan teman –teman sangat menikmati saat menyantap hidangan yang sudah terhidang memanjang di tengah-tengah kami. Apa pun makanan nya, kalau kita memakan nya di atas gunung dan di sajikan ala prasmanan  Setelah makan dan membereskan semua nya, kami duduk mengelilingi
api unggun untukmenghangatkan badan di tengah-tengah dingin nya udara di gunung papandayan. Bukan
sekedar menghangatkan badan, kamipun mulai bercerita, bergurau senda dan berbagi pengalaman satu dengan lain nya.  tak lupa kopi dan cemilan juga mengiringi obrolan kami malam itu. sekitar pukul 23.00 kami pun mulai masuk tenda untuk beristirahat, karena besok pagi setelah sholat subuh kami menuju tegalalun.gunung dan di makan bersama-sama , semua akan terasa nikmat. Klah deh rasa masakan –masakan mewah yang tersaji di restoran-restoran mahal, hehe.



Mentari mulai menunjukan diri. Pancaran nya menyusup sela-Tapi semua itu terbayar saat saya dan teman teman menginjakan kaki di tegal alun. Tatapan mata
sela pepohonan di antara tenda, dan kami telah bersiap untuk melakukan pendakian ke tegal alun. Dari pondok selada , untuk ke tegal alun kita harus melewati hutan mati dan tanjakan mamang. Tanjakan mamang kembali menguji  pernapasan saya saat mendaki.
saya langsung terpana saat melihat luas nya padang edelwis. Bunga yang melambangkan keabadian ini tumbuh sangat banyak dan indah sekali.
Kalau di ibaratkan ruangan seluruh isi ruangan di tegal alun di penuhi olehtanaman abadi ini. bukan hanya itu, di samping kiri dan kanan juga kita dapat melihat bukit - bukit yang di tumbuhin perpohonan hijau yangsangat rindang dan menyegarkan mata. Di tambah warna langit yang biru seakan menjadi kolaborasi sajian alam terbaik di gunung papandayan. Ini lah surga nya gunung papandayan yang membuat kita kangen ingin datang lagi. Di surga nya gunung papandayan kami
menghabiskan waktu cukup lama. Selain menikmati pemandangan alam sekitar,mengeabadikan momen indah, kami juga sarapan di sini. cemilan dan kopi pun menemani kami bercerita di anara indah nya bunga abadi yang tumbuh di sekitaran kami.






Setelah puas menikmati sajian alam di surganya gunung papandayan,saya dan teman-teman kembali ketenda dan berkemas dan mem packing ulang barang-barang  bawaan. Setelah semua nya selesai kami menuju track pulang. Tapi sebelum itu kami berhenti untuk menikmati suasana alam di hutan mati. Dimana pohon-pohon bekas kebakaran hutan masih berdiri kokoh di atas tanah putih. tak hanya itu, di hutan mati kita juga dapat melihat kawah gunung papandayan yang tak henti-henti mengeluarkan asap dan bau berelang juga sangat menyengat. Terdapat juga bukit-bukit kecil yang di
tumbuhi sedikit-sedikit pohon di atas nya. tak puas rasa nya menikmati  keindahan alam yang disajikan unung papandayan. Tapi waktu juga yang tak berpihak. Saya dan teman – teman harus kembali ke peradaban semula. Dan kami pun berjalan pulang dengan kepuasan yang taktertara. Track turun gunung papandayan menurut saya lumayan exstream. Jalanan menurun yang lumayan terjal di tambah batu-batuan kecil yang membuat kondisi track menjadi licin, membuat saya dan teman-teman harus kembali exstra berhati-hati
lagi.










Read more »
© Muhammad Rayzam